Rabu, 14 September 2011

prestasi

Prestasi :
Pada Porprov Bali X 2011 petarung dari satlat putra baruna lepang berhasil mempersembahkan 5 medali perunggu untuk kabupaten klungkung, masing-masing di kelas :
-         51-54kg atas nama pande patyate
-         54-57kg atas nama kang apri
-         61-62kg atas nama kang kecot (kardana)
-         68-70kg atas nama kang lkuplir (predangga)
-         71kg- ke atas (kelas berat) atas nama kang kaprut (kt ariasa)
Semoga prestasi ini dapat di pertahankan dan bila perlu lebih di tingkatkan.
̶̶-̶̶̸Ϟ̸BOX̸Ϟ̸-̶̶•-̶̶

berita


Pionir Tarung Derajat di KlungkungSemarapura (Bali Post) -
Satuan Latihan (Satlat) Keluarga Besar Olahraga Tarung Derajat (Kodrat) Putra Baruna Lepang, Banjarangkan, Klungkung, diresmikan Rabu (31/3) malam. Satlat ini bisa jadi sebagai pionir pengembangan tarung derajat di Kabupaten Klungkung yang diharapkan mampu menghasilkan bibit-bibit atlet yang bisa bersaing di kejuaraan tingkat provinsi dan nasional.

Acara dihadiri Wakil Bupati Klungkung Tjok. Gede Agung, anggota DPRD, Muspika dan Ketua KONI Klungkung serta Pengurus Provinsi (Pengprov) Kodrat Bali, didukung penuh tokoh dan masyarakat setempat.

Ketua Umum Pengprov Kodrat Bali Kompiang Suandika menyebutkan, dukungan dari berbagai elemen masyarakat merupakan modal besar pembangunan keolahragaan di berbagai bidang. ''Kodrat Bali yakin dan percaya, Satlat Putra Baruna bakal menghasilkan petarung andal, profesional dan memiliki integritas sehingga dapat ikut mewarnai perkembangan tarung derajat Bali bahkan tingkat nasional,'' katanya.

Wabup Tjok. Agung menegaskan, pembangunan olahraga menjadi bagian penting dan strategis dalam pembentukan karakter serta menumbuhkembangkan semangat cinta Tanah Air dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Karenanya, menjadi komitmen pemerintah Klungkung memberikan perhatian dan dukungan terhadap segenap cabang olahraga yang ada.

Satlat Putra Baruna kini beranggotakan 45 orang mulai anak-anak hingga dewasa. Mereka berlatih dua kali seminggu di Wantilan Bale Subak Lepang di bawah bimbingan pelatih Ketut Gede Sumantra dari Kodrat Bali. Salah satu anak asuhnya adalah Adit Gandandiputra, peraih medali emas kelas bebas PON 2008, dan pelatih Pande Kadek Dwiyanta. (kmb20)

Selasa, 09 Agustus 2011

Mawar berduri bertuliskan Yanti


Dikenal sebagai pendekar tarung. Aa merupakan bapak dari tiga anak: Badai Meganegara, Rimba Dirgantara, Dara Mentari. Suami Apriliyanti ini memakai cara-cara jalanan pula untuk menarik hati anak SMP yang merupakan tetangganya itu. Ia menteror saingan-saingannya, mengajak calon istrinya ngebut dengan motor besar, berkelahi dihadapan pacarnya, bahkan mentato nama “Yanti” di lengan kanannya, di bawah tato Boxer.

Apakah anda pernah merasa takut ?
Takut saya sudah habis. Sekarang saya takut secara lebih luas, takut berbuat salah. Karena kesalahan itu sangat dekat dengan manusia hidup.

Takut berkelahi?
Kalau yang namanya berantem dengan siapa pun saya tidak takut, karena masih dengan tangan dan kaki. Kalau pun pakai senjata, saya anggap berkelahi dengan lawan yang tanggannya panjang. Goloknya 50 cm berarti tangannya lebih panjang 50 cm. Kalau pakai senjata api, kita adu cepat saja. Dia pakai pistol kan harus dikokang sebelum ditembakkan. Lebih cepat mana saya serang lebih dulu atau saya lari duluan.

Menghadapi ilmu hitam?
Saya kan menyebarkan ilmu Tarung Dradjat ini datang sendiri ke Kalimantan, Aceh atau daerah terpencil lain. Suatu kali saya datang ke suatu dusun di daerah timur di mana orang berilmu dianggap sebagai setengah dewa. Saya diterima dengan baik, namun ada orang tua yang menganggap saya ini mengambil murid-muridnya. Saya diserang dalam arti keseimbangan jiwa saya terganggu. Jiwa saya kosong mau mandi takut mau makan takut. Kalau menghadapi orangnya langsung saya berani karena sudah tua, jalan pun sudah susah. Tapi saya lebih menekankan pada penguatan batin saya saja.

Itu tato di tangan dari mana?
Sejak mendirikan Boxer pada 1968. Lambang ini artinya tinju dengan mengenakan otak dan otot. Jadi yang saya bawa mati nanti dua tato di tangan.

Yang satu lagi?
Ini tato mawar berduri bertuliskan Yanti. Ini waktu saya ketemu istri saya ini. Dia ini tetangga saya di Mohammad Toha. Saya kan tidak pernah di rumah, begitu pulang kenalan sama dia langsung saya ke tukang tato minta nama Yanti ditoreh di tangan.

Langsung Kawin?
Saingan saya banyak, mobilnya saya gembesin satu demi satu. Akhirnya pada lari. Tujuh tahun baru jadi. Ya akhirnya bisa mbonceng motor besar, tapi tetap tidak mau pegang badan saya.

Waktu itu sudah kerja?
Sudah sejak 1971. Saya kawin pada 1977, waktu dia lulus SMA.

Anda tak khawatir anak anda akan meniru jalan hidup anda?
Buktinya kan sampai sekarang tidak. Semua anak saya – termasuk yang perempuan – saya latih Boxer. Yang tertua, Badai, sudah mencapai tingkatan tertinggi dalam hal fisik. Nanti dia akan mulai masuk pada tingkatan yang lebih tinggi seperti pengorganisasian dan yang lain.

Anda sendiri akan sampai tingkatan berapa?
Semakin tua saya mengurangi aktivitas fisik. Saya lebih mengembangkan tingkat metafisik. Ketika mendampingi Bandung Raya ke Hongkong saya menghadapi situasi ketika semua penonton menjadi agresif dan hendak menyerang pemain Bandung Raya. Secara fisik saya tak mungkin menghadapi massa yang begitu banyak. Makanya saya berusaha mempengaruhi atau meredam emosi massa dengan pikiran saya. Untungnya massa jadi lebih lunak. Saya hanya ingin diri saya seperti air yang tertuang ke gelas tapi air tidak muncrat melainkan meluber ke tepi gelas. Dengan demikian ilmu kita tidak akan habis. Ini tak bisa di ajarkan tapi setiap orang yang berlatih akan menuju ke sana.

petarung klungkung vs petarung denpasar


petarung klungkung vs petarung buleleng



Rabu, 30 Maret 2011

yang punya blog

nama : made herry septiana (kang kecap)
ttl : lepang, 23 09 1991
kurata : 3

Kamis, 24 Februari 2011

Kejurnas06 Piala Presiden Tarung Derajat

sejarah tarung derajat

Sejarah Tarung Derajat

Sang Guru : GH Achmad Dradjat / AA Boxer





keluarga Sang Guru

Diambil dari: http://www.tarungderajat-aaboxer.com

SEJARAH SINGKAT TARUNG DERAJAT
- AKU RAMAH BUKAN BERARTI TAKUT
- AKU TUNDUK BUKAN BERARTI TAKLUK.
Salam persaudaraan , BOX !
JADIKANLAH DIRIMU OLEH DIRI SENDIRI !
Seni Ilmu Olah Raga Bela Diri TARUNG DERAJAT dideklarasikan kelahirannya dibumi persada Indonesia tercinta, di Bandung 18 Juli 1972 oleh peciptanya seorang putra bangsa yaitu Guru Haji Achmad Dradjat yang memiliki nama julukan dengan panggilan Aa Boxer. Nama panggilan Aa Boxer diterapkan dan melekat pada diri Achmad Dradjat, setelah dirinya mampu dan berhasil menggunakan dan menerapkannya Seni Pembelaan Diri karya ciptanya didalam berbagai bentuk perkelahian, dimana butuh dan harus BERKELAHI atau BERTARUNG dalam rangka BERJUANG untuk mempertahankan kelangsungan hidup, menegakan kehormatan dan membela kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari selaras dengan kodrat hidupnyanya.
Jadi sebenarnya keberadaan Tarung Derajat itu adalah identik dengan perjalanan & perjuangan G.H.Achmad Dradjat yang juga dikenal dengan julukan Aa Boxer dan kini bergelar “SANG GURU TARUNG DERAJAT”.
Perjalanan & Perjuangan hidup Achmad Dradjat dimulai sejak kelahirannya diatas muka bumi ini, Sang Guru Tarung Derajat dilahirkan di Garut 18 Juli 1951 dari pasangan Bapak dan Ibu H.Adang Latif dan Hj.Mintarsih dalam suasana sedang terjadi pertempuran melawan Gerombolan pemberontak yang dikenal dengan sebutan kelompok Darul Islam (D.I), dalam penyerangan tersebut kedua orang tua Achmad Dradjat sebagai Aktivis Pejuang Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang setelah pasca Keemerdekaan menjadi anggota Polisi Istimewa, menjadi salah satu sasaran operasi dari penyerangan Gerombolan tersebut. Berkat kebesaran dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa dapat selamat dari peristiwa itu dan saat itulah Sang Guru lahir dalam keadaan sehat, ditengah kejaran para pemberontak. Peristiwa tersebut telah mengilhami kedua oranng tua Sang Guru memberikan nama DARAJAT (DRADJAT / DERAJAT), yang berarti Berkat yaitu suatu Rahmat karunia Tuhan Yang Maha Esa yang membawa atau mendatangkan kebaikan pada kehidupan manusia, seperti keselamatan dan kesehatan hidup atau kesejahteraan hidup atau juga sebagai harkat dan martabat hidup manusia. Sejalan dan seiring dengan nilai-nilai riwayat Perjalanan & Perjuangan hidup yang dilakukan Sang Guru Achmad Dradjat alias Aa Boxer dalam menciptakan dan melahirkan Ilmu Bela Diri secara Alami, Mandiri, dan Tersendiri serta kejadian-kejadian hidup yang terjadi selalu dinikmati dengan totalitas berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan tindakan-tindakan yang Realistis dan Rasional, dari hasil perjuangan hidup PRIBADI seperti itu, mencuat sebuah nama untuk diterapkan pada Seni Ilmu Olah Raga Bela Diri Karya Ciptanya, yaitu : “TARUNG DERAJAT.” (Tarung, Bertarung adalah Berjuang dan Derajat adalah Harkat martabat kemanusiaan)
Pada usia balita Achmad Dradjat pindah ke Bandung mengikuti perjalanan dinas kedua orang tuanya, tinggal di kawasan Tegallega suatu daerah yang keras dan berpenduduk sangat heteorogin dengan segala perilaku hidupnya yang dinamis. Situasi dan kondisi seperti itu sangat ditunjang dengan keberadaan sebuah lapangan sangat luas yang beraktivitas hampir 24 jam , berbagai macam bentuk kegiatan hidup terjadi dilapangan tersebut, seperti: berbagai kegiatan olah raga, perkealahian masal antar kelompok pemuda remaja, pemerasan, perampokan perjudian, pelacuran, dlsb yang berbau kriminalitas dan kemaksiatan serta dalam waktu-waktu tertentu bisa dan biasa juga dipakai untuk kegiatan kemasyarakatan lainnya oleh seluruh kalangan masyarakat Bandung khususnya dan apabila sesuatu tindak kekerasan terjadi, tidak jarang masyarakat setempat yang berperilaku hidup baik-baik kerap menjadi korban tindak kekerasan, kejadian tindak kekerasan tersebut tidak terkecuali sering juga dialami oleh sosok remaja Achmad Dradjat.
Bagi Achmad Dradjat yang sejak masa anak-anak mempunyai postur tubuh lebih kecil dibanding dengan sesama anak lainnya dan sangat menggemari olah raga keras, seperti sepak bola dan beladiri, selain itu dirinya yang berkarakter berani dan ulet, menjadikan hidup dan dibesarkan dilingkungan seperti itu memiliki arti dan tantangan yang tersendiri.
Berbekal didikan Akhlak Budi pekerti dan Ajaran Agama yang diterapkan kedua orang tua dan tertanam serta terpelihara secara ketat dan berdisiplin sejak masa kecil. Aa, demikian dipanggil dalam lingkungan keluarganya (Aa adalah suatu panggilan dalam bahasa daerah sunda bagi anak laki yang tertua atau yang dituakan) mulai memasuki lingkungan yang keras, bermacam cara datang dan terjadi perekelahian antar kelompok maupun perorangan, pemerasan serta berbagai bentuk tindak kekerasan lain.
Dalam lingkungan demikian sifat pemberani dan keinginan menolong teman yang dimilikinya, seringkali membuat Aa mengalami berbagai tindak kekerasan, perklelahian demi perkelahian harus ia lalui walau lebih sering kalah dari pada menangnya, dengan segala keuletan yang didasari oleh hasil didikan Akhlak dan ajaran Agama yang terus melekat, dirinya mampu meng hadapi dan mengatasi berbagai rintangan hidup setahap demi setahap secara pasti, hingga pada usia 13 tahun tindak kekerasan dan penganiayaan yang dilakukan oleh sekelompok pemuda remaja dan manusia lain yang tidak bermoral dan tidak bertanggung jawab nyaris merenggut jiwanya.
Bagaimana tidak, peristiwa pengeroyokan dan penganiayaan yang dialaminya itu terjadi ditengah keramaian orang-orang yang hanya bisa menjadi penonton dan sebagian lainya hanya mampu menjadi penganiaya, dalam keadaan seperti itu Achmad Dradjat dituntut harus mampu bertahan hidup dalam kesendirian, bukan mempertahankan diri sampai lupa diri. Sesungguhnya dari kenyataan peristiwa tersebut sangat disadri hanya kerena Kebesaran dan Kekuasaan Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang menghendaki nasib lain sehingga Aa dapat terselamatkan dari nasib yang lebih buruk lagi.
Kejadian serupa terjadi dialami Achmad Dradjat pada saat belajar latihan beladiri secara resmi sebagai anggota suatu perkumpulan beladiri, dalam peristiwa tersebut dirinya dipaksa untuk berkelahi menggunakan teknik yang berlaku di beladiri itu sendiri melawan anggota senior yang bertubuh jauh lebih besar, dengan demikian Achmad Dradjat yang baru belajar dasar-dasar teknik perkelahian tidak mampu berbuat banyak selain bertahan diri, disaksikan anggota senior lain, pelatih dan guru besarnya yang ada diruang latihan lainnya. Achmad Dradjat dengan teknik yang terbatas tadi seluruh badannya penuh dengan luka memar, namun demikian tidak ada fikiran dan rasa dari penyaksi termasuk guru besarnya untuk bertindak, menghentikan dan menyelamatkan perkelahian. Dalam kesendirian sosok remaja Achmad Dradjat kembali harus berjuang diri mempertahankan keselamatan dan kesehatan hidupnya.
Dari perkelahian ke perkelahian itulah Achmad Dradjat secara alami dirinya tertempa dan terlatih untuk menjawab tantangan hidup yang keras dan dari kerasnya kehidupan yang dialami sifat fisik dan sikap mentalnya terbina dan terbiasa untuk menerima kenyataan hidup secara realistis dan rasional. Kemampuan itu dimiliki karena pada dasarnya, setiap mahluk hidup telah dibekali kemampuan gerak reflek untuk bertahan hidup. Fikiran , rasa dan keyakinan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masanya dan terbayangi sepanjang usia, baik kejadian itu berupa musibah maupun anugerah, pengalaman tersebut pada dasarnya adalah bagian dari proses pembelajaran dan pelatihan otot, 0tak serta nurani untuk menentukan arah hidup yang lebih baik menuju pada kehidupan yang benar selaras dengan kodratnya.
Berbagai macam kejadian dan pengalaman hidup yang terjadi dalam lingkup pembelaan diri yang berasal dan mengandalkan dari gerak reflek dan dorongan naluri ,insting atau garizah yang terus terjadi secara berulang tersebut, mengasah otot, otak serta nuraninya untuk terbiasa menghadapi berbagai ancaman dan terlatih untuk menjawab tantangan hidup, yang berupa menjaga keselamatan dan kesehatan diri, menegakkan dan mempertahankan kehormatan serta membela kemanusiaan.
Bersamaan dengan itulah proses penciptaan gerak dan jurus dibentuk dan diuji dari perkelahian. Proses ini disempurnakan melalui suatu penempaan diri, baik secara fisik maupun mental dengan cara yang tersendiri dan mandiri. Gerakan tubuh yang kemudian menjadi jurus ini, seluruhnya didasari gerak reflek yang alamiah.
Dari penempaan praktis ini gerakan tubuh yang tercipta manjadi sangat efektif bagi suatu pembelaan diri. Gerakan dan jurus serta metode latihan didasari kemampuan alamiah. Semua ini sebenarnya dimiliki semua manusia sebagai fitrah dan bisa dikembangkan secara mandiri, inilah yang mendasari lahirnya sebuah prinsip hidup Tarung Derajat “Jadikanlah Dirimu oleh Diri Sendiri.”
Hingga menginjak usia pemuda remaja, Achmad Dradjat telah menunjukan kemampuaan dan keunggulan dalam menghadapi berbagai tindak kekerasan dan perkelahian. Achmad Dradjat juga menularkan kemampuan beladirinya pada rekan-rekan dekat dan masyarakat lain yang membutuhkannya, yang sebagian besar memintanya untuk menjadi “Guru.” Akhirnya, pada tanggal 18 juli 1972 diikrarkan pendirian Perguruan Tarung Derajat yang menjadi tanda utama resminya kelahiran Ilmu Olah Raga Seni Ilmu Pembelaan Diri karya cipta Achmad Dradjat.
Gelar “SANG GURU” menjadi sebuah panggilan kehormatan dan penghargaan sekaligus sebagai Saripati Jati Dirinya dari apa yang diperjuangkannya dalam menciptakan ILmu Olah Raga Seni Pembelaan Diri TARUNG DERAJAT bagi murid-murid dan Perguruan Pusat Tarung Derajat.

struktur pengurus satlat tarung derajat putra baruna

 BOX!!!!!!!
pelatih : pande dwiyata           (kurata 6)
ass pelatih : adi pawana         (kurata 5)

ketua : gst made astika (kurata 4)
wkl ketua : made mudiarta (kurata 3)
bendahara : wayan kariana (kurata 3)

dengan jadwal latihan:
hari : kamis dan minggu
jam : 17.30 s/d selesai
tempat : wantia desa lepang, kab. klungkung



Rabu, 23 Februari 2011

satlat putra baruna

satlat putra baruna merupakan satlat trung derajat yg pertama d kabupaten klungkung, d usianya yang masih muda, para petarungnya sudah di persiapkan untuk menghadapi porprov provinsi bali tahun 2011.