Rabu, 14 September 2011
prestasi
Prestasi :
Pada
Porprov Bali X 2011 petarung dari satlat putra baruna lepang berhasil
mempersembahkan 5 medali perunggu untuk kabupaten klungkung, masing-masing di
kelas :
-
51-54kg atas nama pande patyate
-
54-57kg atas nama kang apri
-
61-62kg atas nama kang kecot (kardana)
-
68-70kg atas nama kang lkuplir (predangga)
-
71kg- ke atas (kelas berat) atas nama kang kaprut (kt ariasa)
Semoga
prestasi ini dapat di pertahankan dan bila perlu lebih di tingkatkan.
̶̶•-̶̶•̸Ϟ•̸BOX•̸Ϟ•̸-̶̶•-̶̶
berita
Pionir Tarung Derajat di
KlungkungSemarapura (Bali Post) -
Satuan Latihan (Satlat) Keluarga Besar Olahraga Tarung Derajat (Kodrat) Putra Baruna Lepang, Banjarangkan, Klungkung, diresmikan Rabu (31/3) malam. Satlat ini bisa jadi sebagai pionir pengembangan tarung derajat di Kabupaten Klungkung yang diharapkan mampu menghasilkan bibit-bibit atlet yang bisa bersaing di kejuaraan tingkat provinsi dan nasional.
Acara dihadiri Wakil Bupati Klungkung Tjok. Gede Agung, anggota DPRD, Muspika dan Ketua KONI Klungkung serta Pengurus Provinsi (Pengprov) Kodrat Bali, didukung penuh tokoh dan masyarakat setempat.
Ketua Umum Pengprov Kodrat Bali Kompiang Suandika menyebutkan, dukungan dari berbagai elemen masyarakat merupakan modal besar pembangunan keolahragaan di berbagai bidang. ''Kodrat Bali yakin dan percaya, Satlat Putra Baruna bakal menghasilkan petarung andal, profesional dan memiliki integritas sehingga dapat ikut mewarnai perkembangan tarung derajat Bali bahkan tingkat nasional,'' katanya.
Wabup Tjok. Agung menegaskan, pembangunan olahraga menjadi bagian penting dan strategis dalam pembentukan karakter serta menumbuhkembangkan semangat cinta Tanah Air dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Karenanya, menjadi komitmen pemerintah Klungkung memberikan perhatian dan dukungan terhadap segenap cabang olahraga yang ada.
Satlat Putra Baruna kini beranggotakan 45 orang mulai anak-anak hingga dewasa. Mereka berlatih dua kali seminggu di Wantilan Bale Subak Lepang di bawah bimbingan pelatih Ketut Gede Sumantra dari Kodrat Bali. Salah satu anak asuhnya adalah Adit Gandandiputra, peraih medali emas kelas bebas PON 2008, dan pelatih Pande Kadek Dwiyanta. (kmb20)
Satuan Latihan (Satlat) Keluarga Besar Olahraga Tarung Derajat (Kodrat) Putra Baruna Lepang, Banjarangkan, Klungkung, diresmikan Rabu (31/3) malam. Satlat ini bisa jadi sebagai pionir pengembangan tarung derajat di Kabupaten Klungkung yang diharapkan mampu menghasilkan bibit-bibit atlet yang bisa bersaing di kejuaraan tingkat provinsi dan nasional.
Acara dihadiri Wakil Bupati Klungkung Tjok. Gede Agung, anggota DPRD, Muspika dan Ketua KONI Klungkung serta Pengurus Provinsi (Pengprov) Kodrat Bali, didukung penuh tokoh dan masyarakat setempat.
Ketua Umum Pengprov Kodrat Bali Kompiang Suandika menyebutkan, dukungan dari berbagai elemen masyarakat merupakan modal besar pembangunan keolahragaan di berbagai bidang. ''Kodrat Bali yakin dan percaya, Satlat Putra Baruna bakal menghasilkan petarung andal, profesional dan memiliki integritas sehingga dapat ikut mewarnai perkembangan tarung derajat Bali bahkan tingkat nasional,'' katanya.
Wabup Tjok. Agung menegaskan, pembangunan olahraga menjadi bagian penting dan strategis dalam pembentukan karakter serta menumbuhkembangkan semangat cinta Tanah Air dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Karenanya, menjadi komitmen pemerintah Klungkung memberikan perhatian dan dukungan terhadap segenap cabang olahraga yang ada.
Satlat Putra Baruna kini beranggotakan 45 orang mulai anak-anak hingga dewasa. Mereka berlatih dua kali seminggu di Wantilan Bale Subak Lepang di bawah bimbingan pelatih Ketut Gede Sumantra dari Kodrat Bali. Salah satu anak asuhnya adalah Adit Gandandiputra, peraih medali emas kelas bebas PON 2008, dan pelatih Pande Kadek Dwiyanta. (kmb20)
Selasa, 09 Agustus 2011
Mawar berduri bertuliskan Yanti
Dikenal sebagai pendekar tarung. Aa merupakan bapak dari tiga
anak: Badai Meganegara, Rimba Dirgantara, Dara Mentari. Suami Apriliyanti ini
memakai cara-cara jalanan pula untuk menarik hati anak SMP yang merupakan
tetangganya itu. Ia menteror saingan-saingannya, mengajak calon istrinya ngebut
dengan motor besar, berkelahi dihadapan pacarnya, bahkan mentato nama “Yanti”
di lengan kanannya, di bawah tato Boxer.
Apakah anda pernah merasa takut ?
Takut saya sudah habis. Sekarang saya takut secara lebih luas, takut berbuat salah. Karena kesalahan itu sangat dekat dengan manusia hidup.
Takut berkelahi?
Kalau yang namanya berantem dengan siapa pun saya tidak takut, karena masih dengan tangan dan kaki. Kalau pun pakai senjata, saya anggap berkelahi dengan lawan yang tanggannya panjang. Goloknya 50 cm berarti tangannya lebih panjang 50 cm. Kalau pakai senjata api, kita adu cepat saja. Dia pakai pistol kan harus dikokang sebelum ditembakkan. Lebih cepat mana saya serang lebih dulu atau saya lari duluan.
Menghadapi ilmu hitam?
Saya kan menyebarkan ilmu Tarung Dradjat ini datang sendiri ke Kalimantan, Aceh atau daerah terpencil lain. Suatu kali saya datang ke suatu dusun di daerah timur di mana orang berilmu dianggap sebagai setengah dewa. Saya diterima dengan baik, namun ada orang tua yang menganggap saya ini mengambil murid-muridnya. Saya diserang dalam arti keseimbangan jiwa saya terganggu. Jiwa saya kosong mau mandi takut mau makan takut. Kalau menghadapi orangnya langsung saya berani karena sudah tua, jalan pun sudah susah. Tapi saya lebih menekankan pada penguatan batin saya saja.
Itu tato di tangan dari mana?
Sejak mendirikan Boxer pada 1968. Lambang ini artinya tinju dengan mengenakan otak dan otot. Jadi yang saya bawa mati nanti dua tato di tangan.
Yang satu lagi?
Ini tato mawar berduri bertuliskan Yanti. Ini waktu saya ketemu istri saya ini. Dia ini tetangga saya di Mohammad Toha. Saya kan tidak pernah di rumah, begitu pulang kenalan sama dia langsung saya ke tukang tato minta nama Yanti ditoreh di tangan.
Langsung Kawin?
Saingan saya banyak, mobilnya saya gembesin satu demi satu. Akhirnya pada lari. Tujuh tahun baru jadi. Ya akhirnya bisa mbonceng motor besar, tapi tetap tidak mau pegang badan saya.
Waktu itu sudah kerja?
Sudah sejak 1971. Saya kawin pada 1977, waktu dia lulus SMA.
Anda tak khawatir anak anda akan meniru jalan hidup anda?
Buktinya kan sampai sekarang tidak. Semua anak saya – termasuk yang perempuan – saya latih Boxer. Yang tertua, Badai, sudah mencapai tingkatan tertinggi dalam hal fisik. Nanti dia akan mulai masuk pada tingkatan yang lebih tinggi seperti pengorganisasian dan yang lain.
Anda sendiri akan sampai tingkatan berapa?
Semakin tua saya mengurangi aktivitas fisik. Saya lebih mengembangkan tingkat metafisik. Ketika mendampingi Bandung Raya ke Hongkong saya menghadapi situasi ketika semua penonton menjadi agresif dan hendak menyerang pemain Bandung Raya. Secara fisik saya tak mungkin menghadapi massa yang begitu banyak. Makanya saya berusaha mempengaruhi atau meredam emosi massa dengan pikiran saya. Untungnya massa jadi lebih lunak. Saya hanya ingin diri saya seperti air yang tertuang ke gelas tapi air tidak muncrat melainkan meluber ke tepi gelas. Dengan demikian ilmu kita tidak akan habis. Ini tak bisa di ajarkan tapi setiap orang yang berlatih akan menuju ke sana.
Apakah anda pernah merasa takut ?
Takut saya sudah habis. Sekarang saya takut secara lebih luas, takut berbuat salah. Karena kesalahan itu sangat dekat dengan manusia hidup.
Takut berkelahi?
Kalau yang namanya berantem dengan siapa pun saya tidak takut, karena masih dengan tangan dan kaki. Kalau pun pakai senjata, saya anggap berkelahi dengan lawan yang tanggannya panjang. Goloknya 50 cm berarti tangannya lebih panjang 50 cm. Kalau pakai senjata api, kita adu cepat saja. Dia pakai pistol kan harus dikokang sebelum ditembakkan. Lebih cepat mana saya serang lebih dulu atau saya lari duluan.
Menghadapi ilmu hitam?
Saya kan menyebarkan ilmu Tarung Dradjat ini datang sendiri ke Kalimantan, Aceh atau daerah terpencil lain. Suatu kali saya datang ke suatu dusun di daerah timur di mana orang berilmu dianggap sebagai setengah dewa. Saya diterima dengan baik, namun ada orang tua yang menganggap saya ini mengambil murid-muridnya. Saya diserang dalam arti keseimbangan jiwa saya terganggu. Jiwa saya kosong mau mandi takut mau makan takut. Kalau menghadapi orangnya langsung saya berani karena sudah tua, jalan pun sudah susah. Tapi saya lebih menekankan pada penguatan batin saya saja.
Itu tato di tangan dari mana?
Sejak mendirikan Boxer pada 1968. Lambang ini artinya tinju dengan mengenakan otak dan otot. Jadi yang saya bawa mati nanti dua tato di tangan.
Yang satu lagi?
Ini tato mawar berduri bertuliskan Yanti. Ini waktu saya ketemu istri saya ini. Dia ini tetangga saya di Mohammad Toha. Saya kan tidak pernah di rumah, begitu pulang kenalan sama dia langsung saya ke tukang tato minta nama Yanti ditoreh di tangan.
Langsung Kawin?
Saingan saya banyak, mobilnya saya gembesin satu demi satu. Akhirnya pada lari. Tujuh tahun baru jadi. Ya akhirnya bisa mbonceng motor besar, tapi tetap tidak mau pegang badan saya.
Waktu itu sudah kerja?
Sudah sejak 1971. Saya kawin pada 1977, waktu dia lulus SMA.
Anda tak khawatir anak anda akan meniru jalan hidup anda?
Buktinya kan sampai sekarang tidak. Semua anak saya – termasuk yang perempuan – saya latih Boxer. Yang tertua, Badai, sudah mencapai tingkatan tertinggi dalam hal fisik. Nanti dia akan mulai masuk pada tingkatan yang lebih tinggi seperti pengorganisasian dan yang lain.
Anda sendiri akan sampai tingkatan berapa?
Semakin tua saya mengurangi aktivitas fisik. Saya lebih mengembangkan tingkat metafisik. Ketika mendampingi Bandung Raya ke Hongkong saya menghadapi situasi ketika semua penonton menjadi agresif dan hendak menyerang pemain Bandung Raya. Secara fisik saya tak mungkin menghadapi massa yang begitu banyak. Makanya saya berusaha mempengaruhi atau meredam emosi massa dengan pikiran saya. Untungnya massa jadi lebih lunak. Saya hanya ingin diri saya seperti air yang tertuang ke gelas tapi air tidak muncrat melainkan meluber ke tepi gelas. Dengan demikian ilmu kita tidak akan habis. Ini tak bisa di ajarkan tapi setiap orang yang berlatih akan menuju ke sana.
Rabu, 30 Maret 2011
Kamis, 24 Februari 2011
sejarah tarung derajat
Sejarah Tarung Derajat
keluarga Sang Guru
Diambil dari:
http://www.tarungderajat-aaboxer.com
SEJARAH SINGKAT TARUNG
DERAJAT
- AKU RAMAH BUKAN BERARTI TAKUT
- AKU TUNDUK BUKAN BERARTI TAKLUK.
Salam persaudaraan , BOX !
JADIKANLAH DIRIMU
OLEH DIRI SENDIRI !
Seni Ilmu Olah Raga Bela Diri TARUNG DERAJAT dideklarasikan
kelahirannya dibumi persada Indonesia tercinta, di Bandung 18 Juli 1972
oleh peciptanya seorang putra bangsa yaitu Guru Haji Achmad Dradjat
yang memiliki nama julukan dengan panggilan Aa Boxer. Nama panggilan Aa
Boxer diterapkan dan melekat pada diri Achmad Dradjat, setelah dirinya
mampu dan berhasil menggunakan dan menerapkannya Seni Pembelaan Diri
karya ciptanya didalam berbagai bentuk perkelahian, dimana butuh dan
harus BERKELAHI atau BERTARUNG dalam rangka BERJUANG untuk
mempertahankan kelangsungan hidup, menegakan kehormatan dan membela
kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari selaras dengan kodrat
hidupnyanya.
Jadi sebenarnya
keberadaan Tarung Derajat itu adalah identik dengan perjalanan &
perjuangan G.H.Achmad Dradjat yang juga dikenal dengan julukan Aa Boxer
dan kini bergelar “SANG GURU TARUNG DERAJAT”.
Perjalanan & Perjuangan hidup Achmad Dradjat dimulai
sejak kelahirannya diatas muka bumi ini, Sang Guru Tarung Derajat
dilahirkan di Garut 18 Juli 1951 dari pasangan Bapak dan Ibu H.Adang
Latif dan Hj.Mintarsih dalam suasana sedang terjadi pertempuran melawan
Gerombolan pemberontak yang dikenal dengan sebutan kelompok Darul Islam
(D.I), dalam penyerangan tersebut kedua orang tua Achmad Dradjat sebagai
Aktivis Pejuang Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
setelah pasca Keemerdekaan menjadi anggota Polisi Istimewa, menjadi
salah satu sasaran operasi dari penyerangan Gerombolan tersebut. Berkat
kebesaran dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa dapat selamat dari peristiwa
itu dan saat itulah Sang Guru lahir dalam keadaan sehat, ditengah
kejaran para pemberontak. Peristiwa tersebut telah mengilhami kedua
oranng tua Sang Guru memberikan nama DARAJAT (DRADJAT / DERAJAT), yang
berarti Berkat yaitu suatu Rahmat karunia Tuhan Yang Maha Esa yang
membawa atau mendatangkan kebaikan pada kehidupan manusia, seperti
keselamatan dan kesehatan hidup atau kesejahteraan hidup atau juga
sebagai harkat dan martabat hidup manusia. Sejalan dan seiring dengan
nilai-nilai riwayat Perjalanan & Perjuangan
hidup yang dilakukan Sang Guru Achmad Dradjat alias Aa Boxer dalam
menciptakan dan melahirkan Ilmu Bela Diri secara Alami, Mandiri, dan
Tersendiri serta kejadian-kejadian hidup yang terjadi selalu dinikmati
dengan totalitas berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan
tindakan-tindakan yang Realistis dan Rasional, dari hasil perjuangan
hidup PRIBADI seperti itu, mencuat sebuah nama
untuk diterapkan pada Seni Ilmu Olah Raga Bela Diri Karya Ciptanya,
yaitu : “TARUNG DERAJAT.” (Tarung, Bertarung adalah Berjuang dan Derajat
adalah Harkat martabat kemanusiaan)
Pada usia balita Achmad Dradjat pindah ke Bandung mengikuti
perjalanan dinas kedua orang tuanya, tinggal di kawasan Tegallega suatu
daerah yang keras dan berpenduduk sangat
heteorogin dengan segala perilaku hidupnya yang dinamis. Situasi dan
kondisi seperti itu sangat ditunjang dengan keberadaan sebuah lapangan
sangat luas yang beraktivitas hampir 24 jam ,
berbagai macam bentuk kegiatan hidup terjadi dilapangan tersebut,
seperti: berbagai kegiatan olah raga, perkealahian masal antar kelompok
pemuda remaja, pemerasan, perampokan perjudian, pelacuran, dlsb yang
berbau kriminalitas dan kemaksiatan serta dalam waktu-waktu tertentu
bisa dan biasa juga dipakai untuk kegiatan kemasyarakatan lainnya oleh
seluruh kalangan masyarakat Bandung khususnya dan apabila sesuatu tindak
kekerasan terjadi, tidak jarang masyarakat setempat yang berperilaku
hidup baik-baik kerap menjadi korban tindak
kekerasan, kejadian tindak kekerasan tersebut tidak terkecuali sering
juga dialami oleh sosok remaja Achmad Dradjat.
Bagi Achmad Dradjat yang sejak masa anak-anak mempunyai
postur tubuh lebih kecil dibanding dengan sesama anak lainnya dan sangat menggemari olah raga keras, seperti sepak
bola dan beladiri, selain itu dirinya yang berkarakter berani dan ulet,
menjadikan hidup dan dibesarkan dilingkungan seperti itu memiliki arti
dan tantangan yang tersendiri.
Berbekal didikan Akhlak Budi pekerti dan Ajaran Agama yang
diterapkan kedua orang tua dan tertanam serta terpelihara secara ketat
dan berdisiplin sejak masa kecil. Aa, demikian dipanggil dalam
lingkungan keluarganya (Aa adalah suatu panggilan
dalam bahasa daerah sunda bagi anak laki yang tertua atau yang
dituakan) mulai memasuki lingkungan yang keras, bermacam cara datang dan
terjadi perekelahian antar kelompok maupun perorangan, pemerasan serta
berbagai bentuk tindak kekerasan lain.
Dalam lingkungan demikian sifat pemberani dan keinginan
menolong teman yang dimilikinya, seringkali membuat Aa mengalami
berbagai tindak kekerasan, perklelahian demi perkelahian harus ia lalui
walau lebih sering kalah dari pada menangnya, dengan segala keuletan
yang didasari oleh hasil didikan Akhlak dan ajaran Agama yang terus
melekat, dirinya mampu meng hadapi dan mengatasi
berbagai rintangan hidup setahap demi setahap secara pasti, hingga pada
usia 13 tahun tindak kekerasan dan penganiayaan yang dilakukan oleh
sekelompok pemuda remaja dan manusia lain yang tidak bermoral dan tidak
bertanggung jawab nyaris merenggut jiwanya.
Bagaimana tidak, peristiwa pengeroyokan dan penganiayaan
yang dialaminya itu terjadi ditengah keramaian orang-orang yang hanya
bisa menjadi penonton dan sebagian lainya hanya mampu menjadi
penganiaya, dalam keadaan seperti itu Achmad Dradjat dituntut harus
mampu bertahan hidup dalam kesendirian, bukan mempertahankan diri sampai
lupa diri. Sesungguhnya dari kenyataan peristiwa tersebut sangat
disadri hanya kerena Kebesaran dan Kekuasaan Tuhan Yang Maha Pengasih
dan Penyayang, yang menghendaki nasib lain sehingga Aa dapat
terselamatkan dari nasib yang lebih buruk lagi.
Kejadian serupa terjadi dialami Achmad Dradjat pada saat
belajar latihan beladiri secara resmi sebagai anggota suatu perkumpulan
beladiri, dalam peristiwa tersebut dirinya dipaksa untuk berkelahi
menggunakan teknik yang berlaku di beladiri itu sendiri melawan anggota
senior yang bertubuh jauh lebih besar, dengan demikian Achmad Dradjat yang baru belajar dasar-dasar teknik perkelahian
tidak mampu berbuat banyak selain bertahan diri, disaksikan anggota
senior lain, pelatih dan guru besarnya yang ada diruang latihan lainnya.
Achmad Dradjat dengan teknik yang terbatas tadi seluruh badannya penuh
dengan luka memar, namun demikian tidak ada fikiran dan rasa dari
penyaksi termasuk guru besarnya untuk bertindak, menghentikan dan
menyelamatkan perkelahian. Dalam kesendirian sosok remaja Achmad Dradjat
kembali harus berjuang diri mempertahankan keselamatan dan kesehatan
hidupnya.
Dari
perkelahian ke perkelahian itulah Achmad Dradjat secara alami dirinya
tertempa dan terlatih untuk menjawab tantangan hidup yang keras dan dari
kerasnya kehidupan yang dialami sifat fisik dan
sikap mentalnya terbina dan terbiasa untuk menerima kenyataan hidup
secara realistis dan rasional. Kemampuan itu dimiliki karena pada
dasarnya, setiap mahluk hidup telah dibekali kemampuan gerak reflek
untuk bertahan hidup. Fikiran , rasa dan keyakinan tentang
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masanya dan terbayangi sepanjang
usia, baik kejadian itu berupa musibah maupun anugerah, pengalaman
tersebut pada dasarnya adalah bagian dari proses pembelajaran dan
pelatihan otot, 0tak serta nurani untuk menentukan arah hidup yang lebih
baik menuju pada kehidupan yang benar selaras dengan kodratnya.
Berbagai macam
kejadian dan pengalaman hidup yang terjadi dalam lingkup pembelaan diri
yang berasal dan mengandalkan dari gerak reflek dan dorongan naluri
,insting atau garizah yang terus terjadi secara berulang tersebut,
mengasah otot, otak serta nuraninya untuk terbiasa menghadapi berbagai
ancaman dan terlatih untuk menjawab tantangan hidup, yang berupa menjaga
keselamatan dan kesehatan diri, menegakkan dan mempertahankan
kehormatan serta membela kemanusiaan.
Bersamaan dengan itulah proses penciptaan gerak dan jurus
dibentuk dan diuji dari perkelahian. Proses ini disempurnakan melalui
suatu penempaan diri, baik secara fisik maupun mental dengan cara yang
tersendiri dan mandiri. Gerakan tubuh yang kemudian menjadi jurus ini,
seluruhnya didasari gerak reflek yang alamiah.
Dari penempaan praktis ini gerakan tubuh yang tercipta
manjadi sangat efektif bagi suatu pembelaan diri. Gerakan dan jurus
serta metode latihan didasari kemampuan alamiah. Semua ini sebenarnya
dimiliki semua manusia sebagai fitrah dan bisa dikembangkan secara
mandiri, inilah yang mendasari lahirnya sebuah prinsip hidup Tarung
Derajat “Jadikanlah Dirimu oleh Diri Sendiri.”
Hingga menginjak usia pemuda remaja, Achmad Dradjat telah menunjukan kemampuaan dan keunggulan dalam menghadapi
berbagai tindak kekerasan dan perkelahian. Achmad Dradjat juga
menularkan kemampuan beladirinya pada rekan-rekan dekat dan masyarakat
lain yang membutuhkannya, yang sebagian besar memintanya untuk menjadi
“Guru.” Akhirnya, pada tanggal 18 juli 1972 diikrarkan pendirian
Perguruan Tarung Derajat yang menjadi tanda utama resminya kelahiran
Ilmu Olah Raga Seni Ilmu Pembelaan Diri karya cipta Achmad Dradjat.
struktur pengurus satlat tarung derajat putra baruna
BOX!!!!!!!
pelatih : pande dwiyata (kurata 6)
ass pelatih : adi pawana (kurata 5)
ketua : gst made astika (kurata 4)
wkl ketua : made mudiarta (kurata 3)
bendahara : wayan kariana (kurata 3)
dengan jadwal latihan:
hari : kamis dan minggu
jam : 17.30 s/d selesai
tempat : wantia desa lepang, kab. klungkung
pelatih : pande dwiyata (kurata 6)
ass pelatih : adi pawana (kurata 5)
ketua : gst made astika (kurata 4)
wkl ketua : made mudiarta (kurata 3)
bendahara : wayan kariana (kurata 3)
dengan jadwal latihan:
hari : kamis dan minggu
jam : 17.30 s/d selesai
tempat : wantia desa lepang, kab. klungkung
Rabu, 23 Februari 2011
satlat putra baruna
satlat putra baruna merupakan satlat trung derajat yg pertama d kabupaten klungkung, d usianya yang masih muda, para petarungnya sudah di persiapkan untuk menghadapi porprov provinsi bali tahun 2011.
Langganan:
Postingan (Atom)